Beberapa tahun mengabdi sebagai guru Bahasa Inggris disebuah
SMP, dalam beberapa kesempatan saya dituntut untuk membimbing siswa dalam
persiapan lomba-lomba dan pementasan, salah satunya lomba mendongeng/story
telling. Di sinilah kreatifitas untuk menyadur dongeng sangat dibutuhkan. Tak
cukup hanya menguasai materi pengajaran dan mempraktekkannya, seorang guru
Bahasa Inggris juga dituntut untuk mampu menulis, esai maupun fiksi (esai
dibutuhkan ketika membuat teks pidato). Tak cukup lagi hanya menulis atau
menyadur, seorang guru Bahasa Inggris harus kreatif dan ‘cerdas’ dalam
menyadur. Bagaimana memoles suatu cerita yang minim dialog menjadi menarik
untuk dibawakan siswa sekaligus dapat mengeksplorasi kemampuan mereka untuk
bisa berimprovisasi, bagaimana menyadur cerita menggunakan bahasa yang mudah
mereka mengerti, hingga menjadi pengarah gaya dan pembawaan mereka dalam
bercerita menjadi hal yang wajib dikuasai oleh seorang guru Bahasa Inggris.
Alhamdulillah, sedikit ilmu yang saya dapatkan dari Teater
Madu dan nasib baik masuk ke Jurusan Bahasa dan Sastra semasa sekolah di
MAN 2 Bojonegoro dulu sangat membantu
tugas-tugas saya sebagai guru Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia (mantan ^_^) dan
Seni Budaya. Sedikit pengalaman selama tiga tahun bekerja di lembaga kursus
Smile’n Smart English for Kids juga turut mengajarkan saya bagaimana membawakan
sebuah dongeng yang eye catching bagi pemirsa.
|
saat siswa latihan |
Bukan bermaksud menggurui, tapi kata Bapak saya,
"Bagikan ilmu yang sedikit, agar jadi banyak." Maka pagi ini saya
ingin berbagi sedikit ilmu tentang bagaimana mempersiapkan siswa untuk
menghadapi lomba mendongeng.
Langkah
1
Siapkan
Teks
Tips 1
Ikuti Petunjuk Teknis
Carilah dongeng sesuai yang diminta panitia
Dalam lomba tingkat kabupaten, biasanya juknis lomba
menentukan cerita harus berupa cerita lokal yang bernafas kedaerahan, maka
pilihlah satu atau beberapa cerita rakyat yang terdapat di daerah masing-masing
sekolah. Susahnya, cerita rakyat lokal seringkali tak tertulis dan simpang siur
alurnya. Disinilah kreatifitas kita dibutuhkan. Menulis, menyusun,
menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang menarik namun mudah untuk dipahami
siswa, wajib dilakukan.
Namun bila panitia hanya menentukan dongeng yang dibawakan
harus lokal, tanpa mengikut sertakan syarat dongeng bernafas kedaerahan, itu
maknanya dongeng dari daerah manapun di Indonesia boleh diangkat. Googling?
Silakan. Namun hati-hati, sebuah cerita terkenal tak menjamin menarik untuk
dibawakan. Sebuah dongeng akan jadi menarik bila terdapat cukup dialog dan
konflik di dalamnya. Dialog dan konflik sangat diperlukan untuk mengeksplorasi
kemampuan siswa dalam membawakan cerita.
Beberapa jenis lomba, seperti
FLS2N (Festival Lomba SeniSiswa Nasional) menuntut peserta untuk mampu membawakan dua dongeng sekaligus,
satu lokal dan satu internasional. Pilihlah dongeng yang cukup mudah dibawakan
namun tak mengurangi nilai estetik maupun bobot kualitasnya agar siswa tak
merasa kesulitan ketika menghafalkan dongeng tersebut.
Tips 2
Sadur dengan Cerdas
Sifat dasar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sangatlah
berbeda. Beberapa kalimat dalam Bahasa Inggris tak bisa serta merta
diterjemahkan secara leksikal ke dalam Bahasa Inggris. Perlu pengkajian lebih
lanjut tentang sudah benar dan pantas atau belumkah sebuat kalimat itu disusun
menurut kaidah tata Bahasa Inggris. Sebagai contoh: penggunaan kalimat pasif
dalam Bahasa Indonesia mungkin sangat disahkan, tetapi kalimat pasif dalam
Bahasa Indonesia itu menjadi sangat tidak efektif ketika diterjemahkan dalam
bentuk pasif pula. Maka carilah sebuah ungkapan yang mewakili kalimat tersebut
dan memenuhi kaidah tata Bahasa Inggris. Pintar-pintarlah menyadur dan
menerjemahkan, orang bijak mengatakan:
“Seorang
dokter yang Malapraktik hanya akan membunuh satu pasien, tetapi seorang guru
yang Malapraktik dapat menghancurkan satu generasi.”
Tips 3
Perhatikan Durasi
Durasi dongeng dalam lomba biasanya berkisar antara 6–8
menit. Durasi ini sudah termasuk prolog dan epilog. Maka pilihlah dongeng yang
cukup singkat namun menarik. Lebih baik membuat sebuah dongeng yang singkat dan
memberi cukup waktu untuk siswa mengimprovisasi cerita dengan gerakan dan
peragaan, menggunakan jeda yang cukup, daripada sebuah dongeng panjang yang
pada akhirnya susah untuk dieksplorasi karena dikejar durasi.
Tips 4
Tekankan pada Dialog
Mendongeng bukan berpidato, sebuah dongeng yang baik memiliki
dialog agar menarik. Perubahan suara pendongeng menjadi daya tarik tersendiri
bagi pemirsa. Karena itu, pandai-pandailah membuat dialog yang menarik dan
menuntut perubahan suara, mimik, dan menuntut pendongeng untuk banyak bergerak
memperagakan isi dongeng.
Ciptakan konflik dalam dialog. Pilih konflik yang menggelegar
dan menuntut pendongeng untuk mengubah mimik dan suara dalam hitungan detik.
Dengan begitu siswa akan terpacu untuk lebih mengeksplorasi kemampuan dirinya
dalam berdongeng.
“Be
creative and imaginative to create a more creative and imaginative generation”.
Tips 5
Buatlah Prolog dan Epilog yang Ceria dan Menarik
Sesuaikan dengan usia siswa. Usia SD, SMP, dan SMA sederajat
adalah usia dimana keceriaan menjadi daya tarik tersendiri. Seorang siswa yang
membawakan prolog dan epilog yang baik dan ceria dapat memperoleh perhatian
ekstra dari penonton dan juri. Di sinilah seorang guru dituntut untuk dapat
menyusun proplog dan epilog yang menarik.
Tips 6
Sertakan Rujukan
Banyak dongeng internasional yang anonim, namun tak sedikit
pula yang merupakan trademark pengarang tertentu. Dongeng-dongeng karya Hans
Christian Anderson, misalnya. Silakan menyadur dongeng-dongeng dari manapun,
namun jangan pernah lupa sebutkan nama pengarang aslinya bila memang nama
pengarangnya diketahui. Bukan untuk gaya-gayaan atau sejenisnya, sekedar
mengingatkan, melatih diri sendiri dan siswa untuk menghargai karya orang lain
adalah bagian dari pendidikan karakter. Insyaallah bermanfaat untuk diri kita
sendiri agar karya kita lebih dihargai orang lain.
Langkah
2
Siapkan
Siswa
Tips 7
Silakan Mengeksplorasi Kemampuan Siswa
Membiarkan siswa menyusun sendiri dongeng yang akan
dibawakan? Sah-sah saja. Justru sangat baik dan sangat dianjurkan, selain
melatih kreativititas siswa, membantu mereka untuk cepat hafal karena teks
adalah hasil susunan sendiri, juga sangat meringankan tugas kita. ^_^
Namun
lagi-lagi, tak boleh lantas duduk diam menyerahkan segalanya pada mereka, peran
guru sebagai editor teks dan pengarah gaya masih sangat dibutuhkan.
Bebaskan siswa untuk berekspresi dan bereksplorasi, sebebas
mungkin. Biarkan mereka menjadi aktor, eksekutor dongeng yang mereka bawakan.
Pengarahan hanya dibutuhkan bila ada yang kurang, tak boleh mengurangi yang
lebih.
Tips 8
Jadilah Pengarah Gaya yang Baik
Akan jadi sangat sangat lucu bila kita menuntut siswa untuk
melakukan ini dan itu namun tak mau atau enggan memberi contoh. Berikan contoh
bila memang diperlukan. Ingat: “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Di Depan Menjadi
Panutan.” Seorang guru tak boleh mengajar bila tak bisa mempraktekkan apa yang
diajar. Itu hukum pasti! ^_^
Tips 8
Pujilah, Maka Kita Akan Dapatkan Lebih
Sifat dasar anak-anak adalah cenderung berbuat lebih bila
dipuji. Overacting? Sah-sah saja. Pujilah, maka kita akan mendapati mereka
lebih mengeksplorasi diri. Jangan sekali-kali merendahkan. Bila ada yang
kurang, sampaikan dengan bahasa kritik yang membangun, mendorong mereka untuk
berbuat lebih. Jangan sampaikan kritik dengan nada mengejek, apalagi mem-bully.
:#
Tips 9
Jangan Pelit. ^_^
Jangan lupa beri snack saat latihan agar mereka lebih besemangat dan beri penghargaan setelah
lomba walau mereka tak dapat juara. Hargai prosesnya, jangan hanya menekankan
hasilnya. ^_^
Tips 10
Siapkan Properti
Properti untuk lomba sangat penting. Seringkali tak mempengaruhi penilaian sih, namun bisa mempermudah pembawaan dongeng. Kostum, alat-alat, boneka atau boneka tangan bila perlu. Jangan lupa juga arahkan siswa bagaimana untuk menggunakannya dengan maksimal.
Langkah
3
Siapkan
“Backing”
Tips 11
Pandai-Pandai “Merayu” Stake-holder atau Sponsor
Tak bisa dipungkiri, kenyamanan dan keterjaminan peserta
lomba dan pembina sangat mempengaruhi kinerja. Diakui atau tidak, peserta dan
pembina pasti bersemangat bila reward yang diberikan baik dan layak. Jangan
hanya membicarakan funding, funding memang sangat penting tapi bukan yang
utama. Yang lebih penting dari funding adalah dukungan kepala sekolah dan
pihak-pihak lain di sekolah atas usaha yang sedang kita perjuangkan. Taruhlah
sebuah contoh, berangkat lomba dengan diantarkan langsung oleh kepala sekolah
atau pihak yang mewakili dengan menggunakan kendaraan pribadi/sewa yang nyaman
dan dibawa makan di restoran yang nyaman pula tentu akan lebih terasa
nyeeesssss di hati daripada diberi uang saku yang lumayan banyak namun
dilepaskan bergitu saja, apalagi bila uang saku yangdiberikan terhitung kecil.
Berangkat lomba dengan menumpang kendaraan umum, makan di warung karena takut
uang saku tak cukup, wuh, sakiiiiiittttt rasanyaaaa.... #curhat. Hehehe =D
Karena
itulah, pandai-pandai mendekati stake-holder di sekolah atau mencari sponsor
untuk mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. #Jujur, biasanya untuk bagian ini
saya serahkan pada partner saya. Saya ndak pinter “menjilat”. Hahaha..... :D
Selamat
mempersiapkan lomba mendongeng..... ^_^