Laman

Minggu, 05 Mei 2013

Tips Mempersiapkan Siswa dalam Lomba Mendongeng



Beberapa tahun mengabdi sebagai guru Bahasa Inggris disebuah SMP, dalam beberapa kesempatan saya dituntut untuk membimbing siswa dalam persiapan lomba-lomba dan pementasan, salah satunya lomba mendongeng/story telling. Di sinilah kreatifitas untuk menyadur dongeng sangat dibutuhkan. Tak cukup hanya menguasai materi pengajaran dan mempraktekkannya, seorang guru Bahasa Inggris juga dituntut untuk mampu menulis, esai maupun fiksi (esai dibutuhkan ketika membuat teks pidato). Tak cukup lagi hanya menulis atau menyadur, seorang guru Bahasa Inggris harus kreatif dan ‘cerdas’ dalam menyadur. Bagaimana memoles suatu cerita yang minim dialog menjadi menarik untuk dibawakan siswa sekaligus dapat mengeksplorasi kemampuan mereka untuk bisa berimprovisasi, bagaimana menyadur cerita menggunakan bahasa yang mudah mereka mengerti, hingga menjadi pengarah gaya dan pembawaan mereka dalam bercerita menjadi hal yang wajib dikuasai oleh seorang guru Bahasa Inggris.
Alhamdulillah, sedikit ilmu yang saya dapatkan dari Teater Madu dan nasib baik masuk ke Jurusan Bahasa dan Sastra semasa sekolah di MAN 2 Bojonegoro dulu sangat membantu tugas-tugas saya sebagai guru Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia (mantan ^_^) dan Seni Budaya. Sedikit pengalaman selama tiga tahun bekerja di lembaga kursus Smile’n Smart English for Kids juga turut mengajarkan saya bagaimana membawakan sebuah dongeng yang eye catching bagi pemirsa.
saat siswa latihan

Bukan bermaksud menggurui, tapi kata Bapak saya, "Bagikan ilmu yang sedikit, agar jadi banyak." Maka pagi ini saya ingin berbagi sedikit ilmu tentang bagaimana mempersiapkan siswa untuk menghadapi lomba mendongeng.

Langkah 1
Siapkan Teks
Tips 1
Ikuti Petunjuk Teknis
Carilah dongeng sesuai yang diminta panitia
Dalam lomba tingkat kabupaten, biasanya juknis lomba menentukan cerita harus berupa cerita lokal yang bernafas kedaerahan, maka pilihlah satu atau beberapa cerita rakyat yang terdapat di daerah masing-masing sekolah. Susahnya, cerita rakyat lokal seringkali tak tertulis dan simpang siur alurnya. Disinilah kreatifitas kita dibutuhkan. Menulis, menyusun, menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yang menarik namun mudah untuk dipahami siswa, wajib dilakukan.
Namun bila panitia hanya menentukan dongeng yang dibawakan harus lokal, tanpa mengikut sertakan syarat dongeng bernafas kedaerahan, itu maknanya dongeng dari daerah manapun di Indonesia boleh diangkat. Googling? Silakan. Namun hati-hati, sebuah cerita terkenal tak menjamin menarik untuk dibawakan. Sebuah dongeng akan jadi menarik bila terdapat cukup dialog dan konflik di dalamnya. Dialog dan konflik sangat diperlukan untuk mengeksplorasi kemampuan siswa dalam membawakan cerita.
Beberapa jenis lomba, seperti FLS2N (Festival Lomba SeniSiswa Nasional) menuntut peserta untuk mampu membawakan dua dongeng sekaligus, satu lokal dan satu internasional. Pilihlah dongeng yang cukup mudah dibawakan namun tak mengurangi nilai estetik maupun bobot kualitasnya agar siswa tak merasa kesulitan ketika menghafalkan dongeng tersebut.

Tips 2
Sadur dengan Cerdas
Sifat dasar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sangatlah berbeda. Beberapa kalimat dalam Bahasa Inggris tak bisa serta merta diterjemahkan secara leksikal ke dalam Bahasa Inggris. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang sudah benar dan pantas atau belumkah sebuat kalimat itu disusun menurut kaidah tata Bahasa Inggris. Sebagai contoh: penggunaan kalimat pasif dalam Bahasa Indonesia mungkin sangat disahkan, tetapi kalimat pasif dalam Bahasa Indonesia itu menjadi sangat tidak efektif ketika diterjemahkan dalam bentuk pasif pula. Maka carilah sebuah ungkapan yang mewakili kalimat tersebut dan memenuhi kaidah tata Bahasa Inggris. Pintar-pintarlah menyadur dan menerjemahkan, orang bijak mengatakan:
“Seorang dokter yang Malapraktik hanya akan membunuh satu pasien, tetapi seorang guru yang Malapraktik dapat menghancurkan satu generasi.”

Tips 3
Perhatikan Durasi
Durasi dongeng dalam lomba biasanya berkisar antara 6–8 menit. Durasi ini sudah termasuk prolog dan epilog. Maka pilihlah dongeng yang cukup singkat namun menarik. Lebih baik membuat sebuah dongeng yang singkat dan memberi cukup waktu untuk siswa mengimprovisasi cerita dengan gerakan dan peragaan, menggunakan jeda yang cukup, daripada sebuah dongeng panjang yang pada akhirnya susah untuk dieksplorasi karena dikejar durasi.

Tips 4
Tekankan pada Dialog
Mendongeng bukan berpidato, sebuah dongeng yang baik memiliki dialog agar menarik. Perubahan suara pendongeng menjadi daya tarik tersendiri bagi pemirsa. Karena itu, pandai-pandailah membuat dialog yang menarik dan menuntut perubahan suara, mimik, dan menuntut pendongeng untuk banyak bergerak memperagakan isi dongeng.
Ciptakan konflik dalam dialog. Pilih konflik yang menggelegar dan menuntut pendongeng untuk mengubah mimik dan suara dalam hitungan detik. Dengan begitu siswa akan terpacu untuk lebih mengeksplorasi kemampuan dirinya dalam berdongeng.
“Be creative and imaginative to create a more creative and imaginative generation”.

Tips 5 
Buatlah Prolog dan Epilog yang Ceria dan Menarik
Sesuaikan dengan usia siswa. Usia SD, SMP, dan SMA sederajat adalah usia dimana keceriaan menjadi daya tarik tersendiri. Seorang siswa yang membawakan prolog dan epilog yang baik dan ceria dapat memperoleh perhatian ekstra dari penonton dan juri. Di sinilah seorang guru dituntut untuk dapat menyusun proplog dan epilog yang menarik.

Tips 6
Sertakan Rujukan
Banyak dongeng internasional yang anonim, namun tak sedikit pula yang merupakan trademark pengarang tertentu. Dongeng-dongeng karya Hans Christian Anderson, misalnya. Silakan menyadur dongeng-dongeng dari manapun, namun jangan pernah lupa sebutkan nama pengarang aslinya bila memang nama pengarangnya diketahui. Bukan untuk gaya-gayaan atau sejenisnya, sekedar mengingatkan, melatih diri sendiri dan siswa untuk menghargai karya orang lain adalah bagian dari pendidikan karakter. Insyaallah bermanfaat untuk diri kita sendiri agar karya kita lebih dihargai orang lain.

Langkah 2
Siapkan Siswa
Tips 7
Silakan Mengeksplorasi Kemampuan Siswa
Membiarkan siswa menyusun sendiri dongeng yang akan dibawakan? Sah-sah saja. Justru sangat baik dan sangat dianjurkan, selain melatih kreativititas siswa, membantu mereka untuk cepat hafal karena teks adalah hasil susunan sendiri, juga sangat meringankan tugas kita. ^_^
Namun lagi-lagi, tak boleh lantas duduk diam menyerahkan segalanya pada mereka, peran guru sebagai editor teks dan pengarah gaya masih sangat dibutuhkan.
Bebaskan siswa untuk berekspresi dan bereksplorasi, sebebas mungkin. Biarkan mereka menjadi aktor, eksekutor dongeng yang mereka bawakan. Pengarahan hanya dibutuhkan bila ada yang kurang, tak boleh mengurangi yang lebih.

Tips 8
Jadilah Pengarah Gaya yang Baik
Akan jadi sangat sangat lucu bila kita menuntut siswa untuk melakukan ini dan itu namun tak mau atau enggan memberi contoh. Berikan contoh bila memang diperlukan. Ingat: “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Di Depan Menjadi Panutan.” Seorang guru tak boleh mengajar bila tak bisa mempraktekkan apa yang diajar. Itu hukum pasti! ^_^

Tips 8
Pujilah, Maka Kita Akan Dapatkan Lebih
Sifat dasar anak-anak adalah cenderung berbuat lebih bila dipuji. Overacting? Sah-sah saja. Pujilah, maka kita akan mendapati mereka lebih mengeksplorasi diri. Jangan sekali-kali merendahkan. Bila ada yang kurang, sampaikan dengan bahasa kritik yang membangun, mendorong mereka untuk berbuat lebih. Jangan sampaikan kritik dengan nada mengejek, apalagi mem-bully. :#

Tips 9
Jangan Pelit. ^_^
Jangan lupa beri snack saat latihan agar mereka lebih besemangat dan beri penghargaan setelah lomba walau mereka tak dapat juara. Hargai prosesnya, jangan hanya menekankan hasilnya. ^_^

Tips 10
Siapkan Properti
Properti untuk lomba sangat penting. Seringkali tak mempengaruhi penilaian sih, namun bisa mempermudah pembawaan dongeng. Kostum, alat-alat, boneka atau boneka tangan bila perlu. Jangan lupa juga arahkan siswa bagaimana untuk menggunakannya dengan maksimal.

Langkah 3
Siapkan “Backing”

Tips 11
Pandai-Pandai “Merayu” Stake-holder atau Sponsor
Tak bisa dipungkiri, kenyamanan dan keterjaminan peserta lomba dan pembina sangat mempengaruhi kinerja. Diakui atau tidak, peserta dan pembina pasti bersemangat bila reward yang diberikan baik dan layak. Jangan hanya membicarakan funding, funding memang sangat penting tapi bukan yang utama. Yang lebih penting dari funding adalah dukungan kepala sekolah dan pihak-pihak lain di sekolah atas usaha yang sedang kita perjuangkan. Taruhlah sebuah contoh, berangkat lomba dengan diantarkan langsung oleh kepala sekolah atau pihak yang mewakili dengan menggunakan kendaraan pribadi/sewa yang nyaman dan dibawa makan di restoran yang nyaman pula tentu akan lebih terasa nyeeesssss di hati daripada diberi uang saku yang lumayan banyak namun dilepaskan bergitu saja, apalagi bila uang saku yangdiberikan terhitung kecil. Berangkat lomba dengan menumpang kendaraan umum, makan di warung karena takut uang saku tak cukup, wuh, sakiiiiiittttt rasanyaaaa.... #curhat. Hehehe =D
Karena itulah, pandai-pandai mendekati stake-holder di sekolah atau mencari sponsor untuk mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. #Jujur, biasanya untuk bagian ini saya serahkan pada partner saya. Saya ndak pinter “menjilat”. Hahaha..... :D

Selamat mempersiapkan lomba mendongeng..... ^_^





3 komentar: