Laman

Sabtu, 31 Agustus 2013

Pada Suatu Siang, Antara Kemarau dan Hujan



June 6, 2013 at 1:18pm

"Bersabarlah!" Ujar Sang Hujan, ia tengah asyik bermain-main, bersama anak-anak kecil, menggertak cerpelai dan burung-burung kecil di tepi hutan.
Sang Kemarau duduk menunggu dengan bosan, di sudut cakrawala.
"Tapi kau sudah terlalu lama menghabiskan waktu kerjaku." Sahut Sang Kemarau.
Hujan tersenyum, melambaikan tangan pada adiknya, Pelangi yang cantik, dan bidadari itu menyapukan kuas berwarna-warni di angkasa.
"Saudaraku Kemarau yang baik hati." Hujan mendekati sahabat karibnya. "Tidakkah kau ingat, saudaraku, pada ribuan tahun lalu, ketika kau protes pada Sang Penguasa Langit dan Bumi, atas jatah kerja 40 hari yang Ia berikan padaku semasa Ia memerintahkanku untuk menenggelamkan negeri Nabi Nuh?"
Kemarau terdiam.
"Lantas, Ia memberimu overtime tujuh tahun di era pemerintahan Nabi Yusuf. Tujuh tahun, saudaraku; dan aku setia menunggu."
"Maka kini, Kemarau, sahabat baikku. Relakanlah aku barang setahun dua tahun bermain-main di seluruh penjuru bumi. Beristirahatlah. Kumpulkan tenagamu. Karena yakinlah, sahabatku, kelak kau akan jauh lebih lama menghabiskan masa kerjamu di dunia ini. Karena warna bumi telah pudar, tak lagi hijau dan biru."
Selesai berbicara, Hujan kembali memutari dunia. Menyelesaikan titahnya. Dan Kemarau tersenyum lega, lalu berkata: "Wahai dunia, tunggu saja! Aku akan datang, setelah titik air hujan penghabisan."
~Singgahan, 06062013 ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar