June 6, 2013 at 1:18pm
"Bersabarlah!" Ujar Sang Hujan, ia tengah asyik bermain-main, bersama
anak-anak kecil, menggertak cerpelai dan burung-burung kecil di tepi hutan.
Sang Kemarau duduk menunggu dengan bosan, di sudut cakrawala.
"Tapi kau sudah terlalu lama menghabiskan waktu kerjaku." Sahut
Sang Kemarau.
Hujan tersenyum, melambaikan tangan pada adiknya, Pelangi yang cantik, dan
bidadari itu menyapukan kuas berwarna-warni di angkasa.
"Saudaraku Kemarau yang baik hati." Hujan mendekati sahabat
karibnya. "Tidakkah kau ingat, saudaraku, pada ribuan tahun lalu, ketika
kau protes pada Sang Penguasa Langit dan Bumi, atas jatah kerja 40 hari yang Ia
berikan padaku semasa Ia memerintahkanku untuk menenggelamkan negeri Nabi
Nuh?"
Kemarau terdiam.
"Lantas, Ia memberimu overtime tujuh tahun di era pemerintahan Nabi
Yusuf. Tujuh tahun, saudaraku; dan aku setia menunggu."
"Maka kini, Kemarau, sahabat baikku. Relakanlah aku barang setahun dua
tahun bermain-main di seluruh penjuru bumi. Beristirahatlah. Kumpulkan
tenagamu. Karena yakinlah, sahabatku, kelak kau akan jauh lebih lama
menghabiskan masa kerjamu di dunia ini. Karena warna bumi telah pudar, tak lagi
hijau dan biru."
Selesai berbicara, Hujan kembali memutari dunia. Menyelesaikan titahnya.
Dan Kemarau tersenyum lega, lalu berkata: "Wahai dunia, tunggu saja! Aku
akan datang, setelah titik air hujan penghabisan."
~Singgahan, 06062013 ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar